Ini adalah kisah dari Naila ,Ibunya menginginkan pendidikan terbaik untuk putrinya,maka dipersiapkan putrinya untuk mondhok sambil sekolah. Jauh jauh sebelumnya ibu Naila sudah banyak memberi nasehat kepada putrinya. “ Nak besok kalau sudah lulus sekolah dasar mau ya mondhok pokoknya Nana boleh memilih pesantren mana saja yang disukai yang penting mondhok untuk bekal hidupmu di dunia dan di akhirat’ kata ibu. Tapi Bu teman teman Nana tidak ada yang mondhok, semua mau mau masuk sekolah Favorit” jawab Naila. ‘ Makanya ibu ingin kamu mondhok agar pinter ngaji , Insyaallah ilmunya bermanfaat dan banyak dibutuhkan, kan teman temannya ngga ada yang mau mondhok” sambung ibunya.
Naila adalah anak yang cerdas, rajin dari keluarga sederhana. Bagaimanapun juga Naila sangat menghormati ibunya tidak mungkin membantah apa yang sudah disampaikan oleh ibunya. Setelah berpikir dan membandingkan beberapa pesantren Naila akhirnya memutuskan di pesantren mana akan belajar. Walaupun masih bimbang tetapi naila tetap mantap melaksanakan cita cita ibu berharap bisa sukses dari doa ibunya.
Sebelum keberangkatannya ibunya menasehati lagi, “Nak disana nanti kamu akan bertemu dengan bermacam macam teman dengan banyak keragaman ,Kalau ada yang lebih jangan minder tetapi kalau ada dibawah kamu jangan sombong, bergaulah dengan baik dan bisa membawa diri dengan siapa saja. Ingat disana tujuannya mencari ilmu , belajarlah semua ilmu baik agama maupun umum” nasehat ibunya. “ Baik Bu akan kuingat selalu nasehat Ibu” kata Naila.
Pada saat yang telah ditentukan diiringi doa sang ibu Naila diantar ke pesantren Kyai Rahmad, Ketika menghadap Kyai untuk memasrahkan putrinya ayah dan ibu Naila mendampinginya , Pak Kyai memberi nasehat kepada Naila, “ Nak Ayah dan ibumu sangat sayang padamu , beliu tidak membuangmu , ketahuilah pengorbanan orang tua rela membiayai mahal demi kebaikanmu , jangan sia siakan pengorbanan orang tuamu’ demikianlah nasehat Pak Kyai Rahmad kepada Naila. Selama empat puluh hari tidak boleh dijenguk oleh keluarga,itulah peraturan pesantren agar cepat beradaptasi dengan lingkungan pesantren.
Disinilah perjuangan Naila dimulai. Belum seminggu Naila sudah terkena penyakit kulit yang sangat menjijikkan, teman temannya menjauhi baik dikelas maupun di pondok tidak ada yang mau dekat, Ketika Naila duduk pasti bekas tempat duduknya di cuci oleh teman temannya. Dalam kelas pun tak bisa menulis hanya bisa mendengar dari gurunya, duduknya di pojok paling belakang. Teman temannya menjauhinya. Pengurus pesantren sudah membawa naila ke klinik untuk , berobat namun belum kunjung sembuh juga,ingin rasanya Naila pulang seperti tidak sanggup menjalani seperti ini tetapi Naila tetap rajin mengaji dan sekolah walaupun sunyi dalam kesendirian.
Tibalah empat puluh hari penjengukan Naila curhat kepada ayah dan ibunya. ‘ Nak apakah teman temanmu tidak ada yang sakit sepertimu disini” , kata ibunya. “Ada Bu tetapi tidak separah Nana’,kata Naila. ‘Ini adalah ujian dari Allah Nak, kalau Nana kuat akan lulus dan diangkat derajatnya oleh Allah, tetapi kalau Nana putus asa maka akan gagal, bersabarlah menjalani ujian ini” , pesan ibunya. ‘ Tetaplah belajar dengan tekun dalam kondisi apapun, insyaallah kamu akan berhasil” ,tambah ibunya. Ayah Naila pergi ke toko obat membeli obat ,setelah itu diberikan kepada Naila. “Tetap smangat ya,Ayah akan selalu mendoakanmu dari rumah”, kata ayah Naila. “ Terima kasih Bapak dan Ibu, doakan selalu Naila ya “ Setelah memberikan banyak nasihat ledua orang tua Naila pamit, Naila menjalani hidup di pondok menjadi lebih semangat seteleh dijenguk orang tuanya. Lama kelamaan penyakit Naila sembuh dan bisa menjalankan aktifitas seperti teman lainnya.
Teman teman Naila banyak yang dari keluarga berkecukupan sehingga apabila dijenguk selalu dibawakan makanan yang enak enak atau pakaian yang bagus bagus, tidak demikian dengan Naila ayah ibunya hanya membawa oleh oleh ala kadarnya sehingga hal itu sering membuat Naila kena ghibah, ‘Singkong singkong, keripik singkong’, sindir Santi teman Naila. Naila pura pura tidak dengar , ia membaca buku berusaha konsentrasi untuk belajar karena terlalu sesak bila mendengar sindiran teman – temannya. Hari hari dijalaninya ketika orang tua menjenguk seperti biasa naila curhat,pesan pesan orang tuanya menambah kekuatan bagi Naila. ‘ Jangan diambil hati Nak kata teman temanmu, sejatinya mereka itu sama denganmu belum punya apa apa, orang tuanya yang memberi, ingatlah tujuanmu disini mencari ilmu tunjukkan bahwa kamu mampu dan suatu saat kamu bisa seperti mereka dengan ilmu dan kemampuanmu sendiri’. Kata orang tuanya. Nasehat nasehat orang tua selalu dijalani oleh Naila sehingga sudah terbiasa rasanya mendengar omongan omongan yang tidak enak dari teman temannya.
Mondhok di pesantren bukan seperti di rumah apa apa bisa minta kepada orang tua, atau menginap di hotel yang dengan fasilitas dan makanan yang enak anak. Banyak teman Naila yang tidak mau makan jatah makan karena kurang berselera, sayuran yang diolah dengan ala kadarnya. Mereka makan dengan membeli lauk pauk yang bervariasi, karena di sana ada yang jualan. Untuk menghemat keuangan Naila tetap makan makanan itu bahkan kalau belum kenyang makanan dari teman yang tidak dimakan dimintanya. “ Kalau kamu nggak mau ini untuk aku ya “ , Kata kepada Fitri temannya. “ Terserah, boleh boleh saja kalau kamu mau kalau aku sih tidak berselera makanan begitu” , kata Fitri. “Terima kasih Ya Fit” ,kataNaila.Baginya makanan itu lumayan untuk mengisi perut. Naila jadi ingat nasehat ayahnya, bahwa makan yang dari pesantren ada berkah dari pak Kyai , sedangkan kalau membeli tidak ada keberkahannya.
Selain Fitri teman kamarnya , Naila juga dekat dengan dengan Rahma teman sekelasnya. Di sekolah Naila dan Rahma sering belajar bersama memecahkan soal soal di buku LKS. Sementara teman teman yang lain sibuk kekantin atau bercanda ria . Bahkan kadang kadang mereka meminjam buku Naila dan Rahma hanya untuk menyalin jika ada tugas dari guru. Karena sering belajar Naila menjadi pandai, demikian pula dengan ngajinya dikamar dia saling menyimak dengan Fitri dalam hal menghafal Al Qur an. Teman teman selalu meremehkan mereka mengira hal itu dilakukan Naila untuk menghindari teman karena tidak bisa mengimbangi kehidupan mereka.
Sementara Naila berjuang di pesantren ayah dan ibunya dirumah selalu berdoa mendoakan yang terbaik untuk Naila. Ayah dan ibu Naila selalu berusaha mencari rizki yang halal supaya berkah untuk membiayai belajar Naila. Ayahnya yang bernama Pak Harun bekerja di swasta meskipun teman temannya kadang pulang lebih awal tetapi pak Harun tidak pernah melakukan hal tersebut.’Tolong ya Pak Harun nanti saya diabsenkan ketika pulang” , kata teman Pak Harun. “ Baiklah kata Pak Harun”. “ Tolong ya Pak Harun pekerjaan saya tinggal sedikit diselesaikan, saya ada acara “, kata teman Pak Harun yang lain. “ Ya pergilah kalau ada keperluan nanti saya selesaikan”, jawab Pak Harun. Karena kebaikannya teman teman Pak Harun sering memanfaatkan minta tolong ini itu kepada Pak Harun. Kadang Pak Harun kesorean sampai rumah karena pekerjaan yang seharusnya dilakukan bersama teman, dilakukan oleh Pak Harun sendiri. “ Sendiri lagi Pak sampai sore? tanya Bu Hani istrinya. Iya Bu semua dulu duluan pulang “ jawab Pak Harun. “ Semoga penghasilan Bapak paling berkah ya Pak, yang ikhlas’, timpal Bu Hani pula.” Insyallah Bu”, jawab Pak Harun.
Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun dilalui dengan penuh perjuangan oleh Naila, Pak Harun dan Bu Hani. Ketika saat bayar admistrasi pesantren pun kadang tidak bisa lunas tepat waktu, walaupun pada akhirnya bisa lunas tentu saja hal itu juga mempengaruhi Naila karena sering dipanggil di Bagian keuangan untuk bisa mengikuti test. Saat penerimaan raport Bu Hani yang mengambil. “ Alhamdulillah Ananda Naila ranking 3 Bu, dan ini raport dari pesantren nilainya juga bagus, semoga bisa dipertahankan dan ditingkatkan ya Bu .” wali kelas Naila menjelaskan kepada Bu Hani. “ Alhamdulillah , terima kasih Bu atas bimbingannya.” Kata Bu Hani
Mendengar Naila mendapa ranking teman teman Naila semakin benci dan menjauhi Naila. Ada juga yang menjadi dekat supaya bisa belajar bersama. Semua yang sudah dilalui oleh Naila secara tidak sengaja menjadikan Naila pribadi yang tangguh terbukti setelah enam tahun di pesantren ia bisa menjalankan ilmunya dalam sikap dan tindakan sehari hari. Selain itu Naila diterima di perguruan tinggi Favorit tanpa test. Itulah perjuangan Naila yang dijalaninya dengan ikhlas beserta keluarganya dan sekarang Naila sudah dewasa mempunyai kehidupan dan karir yang bagus dan keluarga yang bahagia.



