Di sebuah rumah sederhana tinggallah Andika dengan ibu dan ayah tirinya, ayah dan ibu Andika bercerai ketika Andika masih kecil. Setiap pagi ibu dan ayah tirinya pagi pagi sudah berangkat bekerja dan pulang pada sore hari. Setiap hari Andika mandiri dari bangun memasak untuk makan karena ibunya belum sempat mengerjakannya. Kadang tidak ada apapun di rumahnya sehigga Andika meminta ubi kepada tetangga yang memiliki kebun ubi sebagai pengganjal perut. Hari hari dilaluinya dengan keprihatinan sampai memasuki usia masuk SMA.
Pada suatu hari libur Andika berbicara dengan ibunya. “ Ibu aku minta uang untuk mendaftar sekolah di SMA ya “ ,kata Andika. Sang ibu diam kemudian berkata, “ Dika selama ini kamu hidup ibu yang membiayai kamu, ibu tidak punya uang untuk biaya masuk SMA, mintalah kepada ayahmu. Selama ini ayahmu tidah pernah memberimu nafkah, gantian minta ayahmu ya !”, ‘Ya Bu’, Jawab andika,
Pagi harinya Andika pergi kerumah ayahnya untuk memeinta uang. “Assalamualaikum”, Andika mengetuk pintu rumah ayahnya”. Waalaikum salam”, ayah dan ibu tiri Andika menjawab. “Ayo masuk Nak!’, Kata ayahnya. Andika masuk dan duduk di kursi. “ Tumben kamu dating pagi pagi Dika? Tanya ayahnya. Iya Yah, ayah sehat to .” sambung Andika. “Begini Yah aku ada perlu sama ayah, aku ada perlu sama ayah untuk minta uang, Dika akan daftar di SMA.” Belum sempat ayahnya menjawab ibu tiri Dika menyela, “Disini gagal panen Dika ayahmu tidak punya uang, kamu kan sudah besar belajar mandiri lah “. Ayah Dika berkata, “Dika kan anak ku sudah selayaknya minta uang kepadaku Bu.”.” Bapak jangan manjakan anak , apakah itu didikan dari ibumu Dika?, hardik ibu tirinya. “Ya sudah ayah kalau ayah tidak punya uang tidak apa apa, Dika pamit Yah, Bu.’
Andika bingung harus minta tolong kepada siapa. Andika pulang ke rumah ibunya dengan hati yang galau. Sudah dapat uangnya Dika ? Tanya sang ibu. Belum Bu , ayah tidak punya uang, kata Andika. Dasar ayahmu memang orang yang tidak bertanggung jawab. Sumpah serapah keluar dari mulut ibunya. Andika menjadi semakin pusing mendengarnya dirumah ibu ia mendengar ayahnya dijelek jelekkan, sementara di rumah ayahnya ibunya dijelek jelekkan.
Karena sedih Andika meninggalkan rumah ketika ayah tiri dan ibunya bekerja.Berbekal uang yang hanya cukup untuk naik bus , Andika ikut bus tak tahu mau kemana. Pada terminal berikutnya Andika turun, antarabingung, lapar, dan harus bagaimana karena tidak punya uang. Andika berjalan kaki hingga akhirnya sampai ke sebuah masjid. Dia masuk ke masjid untuk shalat , Andika pun berdoa memohon pertolongan Allah. Lama lama dia mengantuk dan tertidur.
Andika kaget dan terbangun ketika ada orang yang membangunkannya. “Dik bangun ini sudah sore, adik ini siapa mengapa jam segini masih disini?, Kata orang itu. “ Maaf Pak saya merantau ke sini, Bolehkah malam ini saya menginap di Masjid.”. katanya. ” Apakah adik bersekolah disini, masjid ini milik Yayasan disini lembaga pendidikan? Kata orang itu. Tidak Pak saya pergi dari rumah karena orang tua saya tidak bias membiayai saya lagi.”Kasihan sekali kamu Dik, perkenalkan nama Bapak Darmadi, Bapak bekerja disini sebagai penjaga sekolah.”kata bapak itu lagi. “ O ya pak, saya Andika mohon ijin ya Pak untuk bermalam disini? Kata Dika. “Baiklah jangan disini mari di kediaman bapak rumah yang disediakan yayasan ini.
Andikapun ber bermalam dirumah Pak Darmadi yang dipanggilnya pak Dar. Pak Darmadi menawarkan tempat tinggal selama Dika mencari pekerjaan dan belum mendapat tempat tinggal. Andika pun sangat berterima kasih sehari hari selalu membantu pekerjaan Pak Darmadi dengan riang hati sampai dia mendapat pekerjaan. Dika diterima bekerja disebuah warung makan yang buka sampai malam, kadang masuk pagi hingga siang, kadang masuk sore hingga malam. Karena di rumah terbiasa menderita, Dika sangat bersyukur sehingga selalu bekerja dengan penuh semangat hingga disukai semua orang. Namun Pak Dar terlanjur cocok dengan Dika karena rajin sehingga tetap diminta tinggal disitu.
Pada suatu hari ketika Dika pulang dari bekerja dipanggil oleh Pak Dar”, Dika sini Bapak mau bicara” ,kata Pak Dar. “Ya Pak”,kata Dika. “ Begini Dika kalau Bapak perhatikan kamu punya waktu luang, tadi Bapak bicara dengan kepala sekolah disini supaya kamu bias sekolah lagi”, kata Pak Dar. “ Sungguh senang kalau bias sekolah lagi Pak”, kata Dika.” Ya Dika, Bapak Kepala Sekolah sudah setuju kalau kamu sekolah lagi. Begitulah hari demi hari Dika sekolah sambil sore harinya bekerja di warung makan.
Tak terasa tiga tahun berlalu, Dika tak pernah pulang dan akhirnya berhasil menyelesaikan sekolah SMA nya. Dika pun pamit kepada Pak Dar untuk pulang menemui orang tuanya, Dika sudah memberi kabar kepada orang tuanya tentang keberadaannya dan mau pulang dengan syarat keluarga bapak dan keluarga ibunya menunggu bersama . Dika berpesan melalui kontak tetangganya yang selalu membantunya disaat Dika masih dirumah dulu.
Akhirnya dia pulang disambut tangisan ibunya dan Bapaknya memeluknya sangat erat.” Maafkan Bapak Dika karena Bapak tidak bisa melindungimu” kata bapak yang dikuti ibu tirinya mengulurkan tangan untuk meminta maaf. Ibunya menangis sambil berkata, “ Maafkan keegoisan kami , Nak “, Ayah tiri dan adik-adiknya bergantian memeluk.
Dika anak yang telah kembali, dan membawa perubahan terhadap kondisi keluarganya, Dika sangat bahagia karena kini keluarganya rukun dan membuat nyaman Dika, baik dirumah ayahnya maupun ibunya. Dika bertekat untuk mandiri, berbekal pengalamannya, Dika berjualan nasi rames, lama lama usaha Dika maju pesat.
Pada suatu hari desa Dika kedatangan sekelompok mahasiswa KKN, salah satunya ada yang menyukai Dika dan sebaliknya Dika pun menyukainya, namanya Anisa.” Dik Nisa kalau tak keberatan saya ingin bicara sama Dik Nisa”, kata Dika. Ya tidaklah, masak keberatan, silakan mas Dika bicara”, jawab Nisa. ‘ Begini Dik, saya ini orang biasa , tidak sekolah, banyak kekurangan, maukah Dik Nisa melengkapi kekurangan saya dengan menjadi pendamping saya untuk selamanya”, ucap Dika dengan mantap. “ Begini mas Dika Kalau mas Dika juga mau menerima saya apa adanya, marilah kita berjuang bersama dalam keluarga yang insyaAllah bahagia, segeralah Mas Dika melamar kepada kedua orang tua saya” jawab Nisa tak kalah mantap.”Terima kasih Dik mari kita jaga cita kita dunia sampai akhirat”. Kemudian Dika dan keluarganya segera meminang Anisa diterima dengan baik oleh keluarga Anisa. Mereka melangsungkan pernikahan, tak lupa mengundang Pak Darmadi beserta keluarga.( Ida Espriyani)



