Sebut saja namaku Dewi aku anak pertama dari dua bersaudara, Ayahku bernama Suroto, ibuku Ibu Wulandari sedangkan adikku bernama Agus.Aku juga memiliki sahabat yang sudah seperti saudara sendiri , namanya Yuni. Aku dan keluarga Yuni sangat akrab bahkan sering menginap dirumahnya, begitu pun sebaliknya. Yuni mempunyai kakak perempuan yang sudah kuanggap seperti kakak sendiri, aku sering memanggil Kak mira.
Kak Mira sebentar lagi mau menikah tentu saja aku dan keluargaku diundangnya. Hari pernikakan Kak Dewi hari kamis depan. “ Wi kamu datang selasa ya buat bantu bantu pernikakan kakakku” kata Yuni. “ InsyaAllah Yun”, jawabku. Aku pun menginap disana untuk bantu bantu yang bisa kulakukan. Semua panitia bekerja dengan baik, bugitu pula MUA yang yang diundang keluarga Yuni sudah dihubungi. Pembagian tugas pun sudah di tentukan dan aku dapat tugas di meja absen tamu.
Banyak sekali tamu yang datang teman teman ayah Yuni, teman Kak Mira dan juga keluarga besar Yuni.Aku sudah dirias oleh perias memakai pakaian adat jawa , berusaha seramah mungkin menyambut tamu tamu yang hadir. Dtengah –tengah acara aku dihampiri seorang pemuda seumuran Kak Mira, “ Keluarga Mira ya “ ,sapanya. “ Saya temannya Yuni adiknya kak Mira”, jawabku. Kenalkan nama saya Bima temannya Mira katanya sambil tesrenyum ramah kelihatan sangat tampan. Aku menjawab seramah mungkin bahwa saya Dewi temannya adik Kak Mira. Kami menjadi akrab dengan canda ria bersama sampai acara itu selesai.
Itulah awal perkenalanku dengan Kak Bima yang secara tidak disengaja. Hingga pada hari minggu ketika aku sedang membantu ibu mencuci piring adikku memanggilku ,’Kak Dewi ada yang cari tuh teman Kakak” kata Agus.”Siapa Gus” kataku. “ katanya namanya Bima. Deg , Kaget aku mendengarnya bagaina dia bisa tahu rumahku batinku. Aku pun bergegas ke depan untuk menemuinya. Sampai di depan kak Bima tersenyum, senyum yang membat hatiku berdesir merdu. “Kok tahu Kak rumah saya “ tanyaku. “ Gampang cari alamat di desa , apalagi saya sangat semangat mencarinya, katanya lagi. Lagi – lagi senyumnya membuat hatiku bergejolak lagi. “ Oh mari Kak Silakan masuk” kataku. “ Terima kasih ,apakah aku menggangu harinya Dik Dewi ? katanya.” Tidak sedang santai Kak, silakan duduk”, kataku. Akupun kebelakang mengambilkan minuman dan cemilan ala kadarnya.
“ Silakan diminum dan cicipi Kak cemilannya”, tawarku.” Ya terima kasih akan tetapi suguhan yang paling enak adalah senyumanmu Dik’, dia mulai menggombal. Kakak ini bisa saja baru kenal sudah ngegombal saja, jawabku sambil tersenyum malu. “Ini kenyataan kok Dik dan senyuman Dik Dewi yang membawa saya sampai kesini”, katanya. Kak bima orangnya supel dan selalu bisa saja sehingga akupun mudah akrab, dan kata katanya selalu bisa melelehkan hati wanita . Sejak saat itu Kak Bima seminggu sekali pasti main kerumah sehingga akrab dengan keluargaku semua. Kami pun tukar tukaran nomor HP.
Pada suatu hari Kak Bima menelpon, katanya ingin mengajak aku keluar, nanti Kak Bima yang akan minta ijin kepada ayah . Karena pembawaan kak Bima yang sopan tutur kata yang santun , Ayah mengijinkan aku keluar bersama Kak Bima. Kak Bima mengajak aku ketaman kota, disana banyak juga orang yang berkunjung , kami memilih teman yang sepi.Kak Bima mempersilakan aku duduk di kursi taman kemudian berkata “ Dik sengaja kakak ajak kesini karena saya mau bicara, sejak pertama saya kenal Adik Kakak sudah jatuh cinta, maukah adik terima cinta Kakak dan menjadi calon istri Kakak” katanya, Dia memberi seikat bunga yang indah kepadaku. Sebagai gadis desa yang belum pernah diperlakukan begitu tentu saja aku sangat tersanjung. Aku malu menjawabnya, Kak Bima mendesak akhirnya aku hanya menganggukkan kepala.”Terima kasih Dik, mulai saat ini kaulah penyemangat hidupku, akan kuatur semua urusan menuju pernikahan kita nantinya. Setelah itu kami makan bakso yang terkenal dikota kami, setelah makan Kak Bima mengantar aku pulang.
Sesampai dirumah ayahku sudah menunggu di teras, Kak Bima pun menyapa ayah, “Kebetulan Bapak ada ijinkan saya bicara ,Pak “ kata Kak Bima. “ Silakan duduk dulu, Nak” katanya. Begini Pak , saya mohon ijin untuk melamar Dik Dewi putri Bapak menjadi calon istri saya, sebelum saya dan keluarga besar saya ke sini, Apakah Bapak merestui kami karena kami tadi sudah berbicara kepada putri Bapak”, katanya. Ayah pun menjawab ‘ apakah Nak Bima sudah mantap, karena anak saya hanya begitu adanya , belum berpengalaman apa-apa “, jawab Bapak. InsyaAllah sudah memantapkan hati saya Pak’, jawab Kak Bima pula. “ Kalau kalian berdua sudah cocok Bapak tidak bisa bicara apa apa, saya pegang omongan Nak Bima, saya tunggu kehadiran keluarga Nak Bima” Kata ayah. “Baiklah Pak,saya minta waktu untuk mempersiapkan semuanya.
Mulai detik itu Kak Bima kalau datang sudah seperti keluarga, Sudah akrab dengan keluargaku semua. Saya juga diperkenalkan dengan keluarganya, semua ramah. Bahkan Kak Bima sudah biasa mengatakan apa yang disukai dan apa yang tidak disukai. Saya harus begini tak boleh begitu, orangnya serba ribet. Aku ikhlas menuruti karena Kak Bima calon suami . Bagiku ini sebagai latihan berbakti bila kelak menjadi istrinya.
Sudah lama sekali Kak Bima tidak pernah, alasannya sekarang pekerjaan sedang sibuk-sibuknya. Sekali kali berkirim pesan dan kirim salam untuk keluargaku.Keluargaku semua menanyakan sudah kangen kata mereka. Keluarga kami percaya dan berharap keluarga Kak Bima datang.
Sore itu ketika aku sedang tiduran Yuni mengirimkan sebuah foto pernikahan, setelah aku lihat ternyata Kak Bima menikah dengan orang lain. Air mataku mengalir tak bisa berhenti, ternyata kepercayaanku tidak dihargai. Aku belum berani bicara dengan keluargaku karena takut mengecewakan. Mataku yang sembab tidak boleh terlihat, aku berusaha menghentikan tangisan ini tapi tidak berhasil. Aku tidak berani menatap keluargaku semua , dikala hancur hatiku, aku juga menjaga hati keluargaku semua, keluargaku pasti juga merasa tidak dihargai. Dalam kesendiriaku, tangisanku hanya curhat kepada Yang Maha Kuasa agar diberi kekuatan.
Pada saat aku sudah lebih kuat aku baru cerita kepada keluargaku. Aku tersenyum sambil berkata bahwa jodoh ditangan Allah dan sudah mengikhlaskannya. Kutahan agar air mataku tak tumpah. Jodoh akan datang sendiri karena Allah yang mengatur. Sekarang aku fokus menata masa depanku.
Dua tahun sudah berlalu aku harus melupakan cerita singkat dalam hidupku tersebut.Aku bekerja pada sebuah perusahaan jasa, di dekat kantorku ada seorang ibu yang sudah janda bersama seorang anak laki laki yang belum menikah, semua putra putrinya sudah menikah tinggal putra bungsunya yang belum menikah. Ibu tersebut mau menjodohkan dengan putranya karena putranya pendiam dan tidak punya kekasih. Putranya bernama Raka Pamungkas, mungkin karena anak bungsu. Walaupun belum melihat mas Raka aku menerima perjodohan itu, karena aku sudah pasrah kepada Allah tentang jodohku.
Singkat cerita aku menikah dengan mas Raka, karena belum mengenal aku selalu bertanya jika mau melakukan sesuatu. Ternyata mas Raka orangnya sederhana selalu berkata,” Dik rumahku juga rumahmu terserah Dik Dewi mau apa saja tidak usah ijin, lakukanlah selama Dik Dewi nyaman mau pakai pakaian apa saja terserah, asal masih dalam batas kesopanan, bagi Mas apa saja yang dipakai Dik Dewi tetap cantik dimata Mas.”Aku sangat bersyukur Allah menjauhkan aku dari orang yang ribet , memberi jodoh padaku orang yang penyabar dan penyayang.



